Sabtu, 27 November 2021

Pantaskah Kita disebut sebagai Guru !

 Sebuah Refleksi di Hari Guru Nasional 2021

Apabila kita hidup didunia ini sudah sunnatullah kita pasti dilanda kesenangan, kecapaian, keinginan, Ujian Tantangan Rintangan serta Kesuksesan yang di raih, Manusia  diciptakan Oleh  manusia sebagai Mahluk sempurna mahluk yang diberikan akal dan pikira serta Nafsu, berebda dengan mahluk lain yang Allah Ciptakan, Malaikat mislanya hanya Allah ciptakan untuk Taat dan Tunduk pada Perintah Allah, so sudah barang tentu Para Malaikat pasti bertindak sesuai dengan Perintah Allah dan pasti tidak akan pernah berbuat Salah,

Menurut sebuah Teori Sosial, Manusia itu  memerlukan bantuan dari manusia lain, Yes... Itulah sebabnya manusia disebut sebagai Mahluk Sosial. dalam mencapai semua hajatnya sudahbarang tentu manusia selalu menharapkan bantuan manusia lain.

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

adalah sebuah tatanan Kata yang patut kita telaahi dari kata kata berbahasa arab diatas, yang kalau di definiskan / diterjemahkan dengan Bahasa Indonesia adalah Sebaik baiknya Manusia adalah Manusia yang berguna bagi manusia Lain.









Kemarin tepatnya tgl 25 November 2021  diperingati sebagai Hari Guru. Siapakah Guru itu! apakah yang hanya mengajar di kelas, mesjid atau madrasah? jawaban tentu saja tidak,  Guru merupakan sosok Orang tua kedua kita setleah Ibu dan Ayah dimana kedudukan dan Jabatannya hampir sama, Momen Hari guru biasaya dijadikan Hari dimana kita semua disuruh merenung, apakah kita sebagai murid sudah bertrima kasih kepada Guru, atau sebagai Guru apakah kita sudah menjadi Guru yang betul betul panutan bagi Peserta didik Kita, ataukah hanya sebatas Profesi saja mentrafer ilmu pada peserta didik kita. Ternyata tugas Guru itu amatlah berat apalagi di dalm kondisi seperti sekarang era pandemi Covid 19, kita di tuntut untuk bisa beraktivitas dalam berbagai keadaan, kita wajib menguasai IPtek, karena Proses KBM pada masa sekarang ini banyak menggunakan Teknologi sebagai Medianya, yang menjadi pertanyaan adalah sudah cukupkah ilmu kita dalam menjalankan Profesi sebagai guru? karena mencerdakan Umtar adalah amanty Undang undang yang secara tersirat dalam Pembukaan Undang Undang Dasar kita yang berbunyi " Mencerdaskan kehidupan Bangsa.......".

Di dalam Alquran, guru memiliki kedudukan istimewa yang digolongkan sebagai orang yang beruntung baik di dunia maupun di akhirat. Salah satu ayat yang menerangkan tentang keutamaan menjadi seorang guru adalah QS. Al-Mujadilah ayat 11.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

 Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan

   Selain dari berbagai ayat Alquran, keutamaan menjadi seorang guru juga terdapat dalam puluhan hingga ratusan sabda Nabi SAW. Sebagaimana dikatakan bahwa "Para ulama adalah pewaris para Nabi". Hal tersebut menunjukkan betapa tingginya derajat seorang guru dimana mereka yang mengemban amanah sebagai pewaris para nabi.

Pahala seorang guru akan terus mengalir sekalipun guru tersebut telah tiada. "Jika seorang insan meninggal, maka terputuslah amalnya kecuali tiga amal: sedekah yang mengalir, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang selalu mendoakan orang tua.” (HR. Al-Tirmidzi).

Sementara di akhirat kelak, mereka yang berilmu dan mengajarkan ilmunya juga akan memperoleh perlakuan istimewa dibanding yang lain. Salah satunya masuk surga tanpa hisab.

Hadis riwayat Ibnu ‘Abdil Barr menyatakan, “Pada hari kiamat, tinta orang-orang yang berilmu ditimbang dengan darah para syuhada”. Sedangkan dalam hadis lain dikatakan bahwa golongan yang diberi kesempatan memberikan syafaat, di samping para nabi dan para syuhada adalah orang-orang yang berilmu. Demikian sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu Majah.

Selamat Hari Guru Bagi Kawan Seprofesi.. teruslan berjuang dan Niatkan Ihklas dalam Mendidik anak anak Kita.

 

 


Rabu, 13 Oktober 2021

ANBK oh ANBK

 Asesmen Nasional, pendatang baru dalam dunia pendidikan. Sesungguhnya ia bukan sungguh-sungguh baru. Ia baru secara resmi dan berskala nasional. Ada lembaga pendidikan yang sudah melakukannya, meski tidak persis sama dan terbatas internal.

Asesmen dikembangkan merujuk pada dua kemampuan dasar intelektual insan manusia, kemampuan literasi atau membaca dan kemampuan numerasi atau menghitung. Seakan ada keyakinan terdalam bahwa kecakapan intelektual diletakkan di atas pondasi “bisa membaca” dan “bisa menghitung”. Sederhana namun vital. Tampak biasa namun sungguh luar biasa dan mahaluas manfaatnya.

Ada orang bisa menghitung namun tak mampu membaca. Ia melek angka tetapi buta aksara. Ia tak mampu memahami sedikitpun bila ada teks yang dihadapkan kepadanya. Ia memang bisa menghitung, tetapi juga terbatas jangkauannya, hanya yang sederhana. Sebaliknya yang bisa membaca namun tak mampu menghitung akan menghadapi banyak kesulitan dalam kehidupan praktis. Di sana ada banyak perhitungan praktis sederhana yang dapat dilakukan tanpa menulis dan membacanya. Maka literasi dan numerasi ibarat dua sisi mata uang, ibarat simbiosis mutalisme dalam Ilmu Biologi, saling melengkapi.
Dengan mengikuti program kementrian pendidikan dan kebudayaan, Asesmen Nasional Berbasis Komputer untuk tingkat SMP dilaksanakan serempak selama empat hari. Pelaksanaannya terbagi dalam dua gelombang. Gelombang 1, tanggal 4 – 5 Oktober 2021 dan gelombang 2, 6 -7 Oktober 2021. SMP Negeri 1 Kupang mengambil gelombang kedua.

Antusiasme para siswa sangat menggembirakan. Terbagi dalam tiga sesi, para siswa pada datang sebelum waktunya. Peserta sesi pertama sudah menanti di depan ruangan pada pukul 07.00. Sementara itu peserta sesi dua juga sudah berbaris rapi pada pukul 09.30. Lebih mencengangkan, peserta sesi tiga sudah lengkap menanti pada pukul 13.00. Tanpa rasa cemas mereka masuk ruangan setelah diijinkan pengawas, mengambil tempat duduk dan mulai berselancar bersama Exambro, aplikasi ANBK secara mandiri. Mereka tidak gerogi karena telah belajar dari pelaksanaan gladi bersih beberapa waktu sebelumnya.

“Sudah selesai?”
“Sudah, pak!” jawab seorang peserta dengan wajah cerah.
“Semua soal bisa dikerjakan?”
“Bisa, pak!” jawabnya percaya diri.
“Apakah soal-soalnya sulit?”
“Memang sulit, tetapi semuanya bisa dijawab”.
“Mereka semua bisa menjawab hingga selesai” sambung proktor ruangan diamini oleh pengawas ruang yang berasal dari SMP Negeri 5 Kupang.

Jawaban-jawaban yang bernada sama datang juga dari peserta sesi dua dan sesi tiga.
Antusiasme tampak juga pada wajah para guru. Dengan perangkat android maupun laptop, mereka tekun membaca sebelum mencentang jawaban dari nomor pertama hingga terakhir. Semuanya ada 62 butir pertanyaan survey. Yang disurvey adalah Lingkungan Belajar dan Karakter. Yang sudah selesai langsung melaporkannya untuk didata. Hingga sesi ketiga hari terakhir, para peserta tidak kurang seorang pun. Mereka semuanya hadir tepat waktu. Semua kursi dan PC (personal computer) yang disiapkan terisi oleh peserta. Lima belas peserta di sesi satu, demikian juga di sesi dua dan sesi tiga.

Jika disimak, asesmen yang berisikan literasi dan numerasi sesungguhnya bermaksud mendeteksi sejauh mana kemampuan dasar intelektual ini sudah tumbuh berkembang dalam diri siswa. Masalah dikupas berjenjang dari menghafal hingga bernalar, baik secara logis-argumentatif kebahasaannya maupun berhitung-matematisnya.

Bukan hanya itu. Asesmen juga mampu membahasakan proses penanaman konsep dan aplikasi ilmu pegetahuan oleh para pengajarnya. Ibarat pentas paduan suara, yang mana ekspresi peserta paduan dalam bernyanyi mencerminkan sang konduktor yang membelakangi penonton, demikian pula hasil asesmen para siswa mencerminkan upaya para gurunya. Bukan pada kuantitas jumlah jam mengajar tetapi terutama kualitas menghantar siswa untuk memahami materi dan menumbuhkan kreativitas bernalar.
Sangat gamblang dan singkat, nuansa itu tersirat dalam butir-butir instrumen pertanyaan serta pilihan jawaban untuk dicentang. Setiap suruhannya menghendaki kejujuran faktual – yang sesuai dengan kenyataan – dalam jawabannya.

Alur ini mau mengatakan bahwa asesmen yang berisikan literasi dan numerasi disertai survey lingkungan belajar serta survey karakter tampaknya saling terkait erat untuk mendapatkan sebuah kesimpulan. Hasil kerja siswa membahasakan sepak terjang guru di lingkungan sekolahnya. Atau sebaliknya daya upaya guru, pola pendekatan, model relasi antar guru dan siswa terkristal dalam hasil kerja siswa.

Memang tak dapat dipungkiri, bahwa hasil para siswa angkatan ini boleh jadi – ibarat jauh panggang dari api – dengan upaya para gurunya. Sebabnya, siswa angkatan ini tak pernah mengenyam pendidikan tatap muka sejak di bangku kelas tujuh. Pembelajaran Jarak Jauh selalu dililit masalah jaringan yang bermula dari stok rupiah membeli pulsa data. Keaktifan siswa dalam pembelajaran tidak optimal.

Meski demikian, sebagai perkembangan baru, pembelajaran jarak jauh pasti tidak akan dihentikan dan dihilangkan. Sebaliknya ia mesti disempurnakan dalam strategi, taktik dan metode. Yang pasti adalah
asesmen yang berisikan literasi dan numerasi disertai survey lingkungan belajar serta survey karakter merupakan momen emas, kayros, untuk mengevaluasi diri secara menyeluruh – kinerja siswa dalam belajar, kualitas guru dalam pembelajaran dan sekolah dalam penyediaan pelayanan pendidikan. Masih ada hari esok selama matahari tetap terbit. Masih ada harapan untuk berbenah menjadi lebih baik. Non scholae sed vitae discimus – kita belajar bukan untuk mendapatkan nilai tetapi terutama untuk membangun hidup

Pantaskah Kita disebut sebagai Guru !

  Sebuah Refleksi di Hari Guru Nasional 2021 Apabila kita hidup didunia ini sudah sunnatullah kita pasti dilanda kesenangan, kecapaian, kein...